Selasa, 16 Desember 2014

Stoikiometri

1.    Hukum Kekekalan Massa (Lavoisier)
 “massa zat sebelum reaksi sama dengan massa zat setelah reaksi”
Contoh : S(s) +  O2(g)   SO2(g)
1 mol S bereaksi dengan 1 mol Omembentuk 1 mol SO2. 32 gram S bereaksi dengan 32 gram Omembentuk 64 gram SO2. Massa total reaktan sama dengan massa produk yang dihasilkan.
2.     Hukum Perbandingan Tetap (Proust)
 “perbandingan massa unsur-unsur pembentuk senyawa selalu tetap, sekali   pun dibuat dengan cara yang berbeda”
Contoh: S(s) +  O2(g)   SO2(g)
Perbandingan massa S terhadap massa Ountuk membentuk SO2adalah 32 gram S berbanding 32 gram O2 atau 1 : 1. Hal ini berarti, setiap satu gram S tepat bereaksi dengan satu gram O2membentuk 2 gram SO2. Jika disediakan 50 gram S, dibutuhkan 50 gram Ountuk membentuk 100 gram SO2.

3.     Hukum Perbandingan Volume (Gay Lussac)
“pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas pereaksi dengan volume gas hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan sederhana (sama dengan perbandingan koefisien reaksinya)”
Hukum ini hanya berlaku pada reaksi kimia yang melibatkan fase gas.
Contoh : N2(g) +  3 H2(g)   2 NH3(g)
Perbandingan volume gas sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti, setiap 1 mL gas Ntepat bereaksi dengan 3 mL gas H2 membentuk 2 mL gas NH3. Dengan demikian, untuk memperoleh 50 L gas NH3, dibutuhkan 25 L gas Ndan 75 L gas H2.

4.     Hukum Avogadro
 “pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung jumlah mol yang sama”
Sama seperti hukum perbandingan volume(Gay Lussac), hukum ini hanya berlaku pada reaksi kimia yang melibatkan fase gas dan hukum ini berkaitan erat dengan hukum Gay Lussac.
Contoh : N2(g) +  3 H2(g)   2 NH3(g)
Perbandingan mol sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti, setiap 1 mol gas Ntepat bereaksi dengan 3 mol gas Hmembentuk 2 mol gas NH3. Perbandingan volume gas sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti, setiap 1 L gas Ntepat bereaksi dengan 3 L gas Hmembentuk 2 L gas NH3. Dengan demikian, jika pada suhu dan tekanan tertentu, 1 mol gas setara dengan 1 L gas, maka 2 mol gas setara dengan 2 L gas. Dengan kata lain, perbandingan mol gas sama dengan perbandingan volume gas.

Berdasarkan perhitungan, dalam 56 g besi terkandung 6,02 × 1023 atom besi, dalam satu mililiter air terkandung 3,345 × 1022 molekul air. Angka-angka sebesar ini tidak efisien jika dipakai untuk perhitungan zat-zat di laboratorium.
Agar lebih sederhana, para ilmuwan menetapkan suatu satuan jumlah zat yang menyatakan banyaknya partikel zat itu. Satuan ini dinamakan mol. Berdasarkan kesepakatan, untuk partikel yang jumlahnya sebesar tetapan Avogadro atau 6,02×1023 dinyatakan sebesar satu mol. Dengan kata lain, satu mol setiap zat mengandung 6,02 × 1023 partikel zat, baik atom, molekul, maupun ion.




a.    Massa Molar
 m = massa (g)
n = jumlah mol (mol)
Mm = massa molar (g/mol)
Massa molar adalah massa satu mol zat yang dinyatakan dengan gram.                               

b.    Volume molar



V = Volume gas
n = jumlah mol gas
V= volume molar gas

Volume molar menyatakan volume untuk tiap satu mol gas. Oleh karena itu, volume molar sangat dipengaruhi oleh temperature dan tekanan.  Di dalam ilmu kimia, kondisi temperatur 0 oC dan tekanan 1 atm dianggap sebagai kondisi standar atau disingkat dengan STP (Standard Temperature and Pressure).
                            V = Volume gas
n = jumlah mol gas
P = tekanan gas (atm)
R = tetapan gas (0,0821 atm L mol-1K-1
T = temperatur mutlak (K)




RUMUS EMPIRIS DAN RUMUS MOLEKUL

1.    Rumus Empiris
Merupakan perbandingan paling sederhana dari atom-atom yang menyusun suatu molekul. Misalnya senyawa etena yang memiliki rumus molekul C2H4, maka rumus empiris senyawa tersebut adalah CH2.
2.   Rumus Molekul
Menunjukkan jumlah pasti atom-atom dari setiap unsur dalam unit terkecil suatu zat. Misalnya: C2H4 (etena), CO(NH2)2 (urea) dan asam asetat atau asam cuka (CH3COOH). Rumus molekul dapat didefinisikan sebagai rumus kimia yang menyatakan perbandingan jumlah dan jenis atom sesungguhnya dari suatu senyawa.
              

PEREAKSI PEMBATAS
·         Reaktan yang habis pertama kali dalam suatu reaksi dan membatasi jalannya reaksi sehingga tidak ada reaksi lebih lanjut disebut pereaksi  pembatas.

·         Reaktan-reaktan lain dengan jumlah yang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan reaktan pembatas disebut reaktan berlebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar