Rabu, 17 Desember 2014

Reaksi Reduksi dan Oksidasi

   A.    Perkembangan Konsep Reaksi Redoks
Peristiwa berkaratnya badan mobil bekas terjadi karena reaksi antara besi dengan oksigen di udara membentuk karat besi. Reaksi ini termasuk reaksi redoks.
1.    Konsep Oksidasi-Reduksi sebagai Penggabungan dan Pelepasan Oksigen
·         Oksidasi adalah reaksi penggabungan suatu zat dengan oksigen
·         Reduksi adalah reaksi pelepasan atom oksigen dari suatu zat/senyawa


2.   Konsep Oksidasi Reduksi sebagai Pelepasan dan Penerimaan Elektron
·         Oksidasi adalah reaksi pelepasan electron oleh suatu zat
·         Reduksi adalah reaksi pengikatan electron oleh suatu zat
Menurut konsep ini jika suatu atom melepaskan electron maka atom yang lain akan menerima elektron.

3. Konsep Oksidasi Reduksi sebagai Peningkatan dan Penurunan bilangan    Oksidasi
Reaksi redoks berdasarkan perpindahan electron hanya terjadi pada senyawa ionik. Ternyata, senyawa kovalen polar juga mengalami reaksi redoks. Jadi, disusun suatu konsep reaksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
            a.  Pengertian Bilangan oksidasi
Bilangan oksidasi adalah bilangan yang menunjukkan muatan yang diberikan oleh atom unsure tersebut dalam senyawa.
     
Aturan menentukan bilangan oksidasi (biloks):
1.    Unsure bebas/molekul netral, bilangan oksidasinya 0 (nol).
2.   Hydrogen dalam senyawa biloksnya =+1, kecuali dalam senyawa hibrida, biloksnya =-1
3.   Oksigen dalam senyawa biloksnya =-2, kecuali dalam senyawa peroksida, biloksnya =-1
4.   Atom ion/ senyaw ion, biloksnya sesuai muatannya.
Contoh: Na+           biloksnya =  +1
        Cu2+        biloksnya   =  +2
5.   Jumlah bilangan oksidasi unsure-unsur dalam suatu ion muatannya.
Contoh: MnO4-             biloks Mn +4 x biloks O =-1
                               biloks Mn +4 x (-2) =-1
                               biloks Mn + (-8) =-1
                               biloks Mn = +7
6.   Jumlah bilangan oksidasi unsure-unsur dalam senyawa = 0
Contoh: H2SO4 à (2 x biloks H) + (biloks S)+ 4 x biloks O = 0
                               ( 2 x (+1) + biloks S + (4 x -2) = 0
                               2 + biloks S + (-8) = 0
                               Biloks S + (-6) = 0
                               Biloks S = 6
Tata Nama Senyawa
               Perhatikan table berikut ini:
Rumus Kimia
Nama
Nama Alternatif Berdasarkan Biloks
N2O
Dinitrogen monoksida
Nitrogen (I) oksida
N2O3
Dinitrogen trioksida
Nitrogen (III) oksida
HClO
Asam hipoklorit
Asam klorat (I)
HClO2
Asam klorit
Asam klorat (III)
HClO3
Asam klorat
Asam klorat (V)
HClO4
Asam perklorat
Asam klorat (VII)
           
 b.      Tata nama senyawa biner
Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri dari dua unsur. Unsur-unsur ini dapat berupa logam dan nonlogam atau nonlogam dan nonlogam.
Penamaan senyawa biner mengikuti aturan berikut:
1.    Senyawa ionik yang terdiri atas atom logam dan nonlogam diberi nama dengan cara menyebutkaan ion positifnya diikuti dengan nama ion negatif yang diberi akhiran –ida.
Contoh:
KCl            = kalium klorida
NaBr          = natrium bromide
CaO           = kalsium oksida
2.   Senyawa biner yang terdiri atas atom-atom nonlogam diberi nama dengan menentukan atom yang bersifat lebih positif dan atom yang lebih negatif. Atom yang lebih positif diberi nama sesuai dengan nama unsurnya, diikuti oleh nama atom yang lebih negatif, kemudian ditambah akhiran –ida.­
Contoh:
HF              = hydrogen fluoride
HI               = hydrogen iodide
HCl            = hydrogen kloride
          c.       Tata nama senyawa poliatomik
Senyawa poliatomik terdiri atas lebih dari dua unsure. Pertama, identifikasi kation dan anionnya. Kedua, nama kation disebutkan dahulu, diikuti oleh nama anion. Misalnya, CaSO4 dinamakan kalsium sulfat (anion poliatomik SO42- = ion sulfat) dan Ba(NO3)2 diberi nama barium nitrat (anion poliatomik NO3- = ion nitrat).
Sebagian besar anion poliatomik berakhiran –it atau –at, hanya sebagian kecil yang berakhiran –ida, seperti OH-(hidroksida) dan CN- (sianida).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar